Film Dokumenter Pemuda Kalbar Terbaik di Eagle Awards 2013
Realitas masyarakat adat di pedalaman Kalimantan
yang memiliki kekayaan sumber daya alam, namun kenyataannya tak sepenuhnya
mendapatkan kesejahteraan yang seharusnya diberikan pemerintah sesuai amanat
Undang-Undang 1945.
Keprihatinan atas realitas sosial itu lalu
dituangkan dalam sebuah film dokumenter berjudul "70:30 Sama Dengan?"
oleh Lanang Bagus Prasetyo ( 26) dan Iswadi (22).
Tak disangka film dokumenter karya kedua pemuda
asal Kalbar tersebut memikat juri dalam ajang Eagle Award Documentary
Competition (EADC) 2013. Film dokumenter karya Bagus dan Iswadi meraih prestasi
gemilang sebagai pemenang kategori film dokumenter terbaik Eagle Award 2013 di
Awards Night EADC 2013 Harmoni Indonesia di Grand Studio Metro TV, Jakarta,
Rabu (13/11/2013) silam.
Lanang menuturkan, film ini bercerita tentang
potret kecil dari keadaan potret besar masyarakat pedalaman Kalimantan, dimana
tidak terpenuhinya hak fasilitas dasar dan hak kesejahteraan yang dijamin
konstitusi UUD 1945 tersebut sehingga akhirnya terjadilah konflik internal
lintas generasi untuk menemukan solusi dengan masing-masing pemikiran generasi.
"Di film ini saya menceritakan tentang
generasi tua dan generasi muda mengalami konflik internal, karena tiadanya
perhatian dari pemerintah dari segi pemenuhan kebutuhan dasar seperti
pendidikan, listrik, jembatan dan lainnya yang memang sudah diamanahkan oleh
konstitusi Undang-Undang 1945," ujarnya kepada Tribun, Selasa
(19/11/2013).
Ia menuturkan, potensi hutan adat yang saat ini
sudah 70 persennya dimiliki kaum muda yang kemudian dijual ke perusahaan sawit
yang menjanjikan dan memenuhi apa yang tidak diberikan pemerintah seperti
jembatan, listrik, sekolah, kesehatan.
Sementara yang 30 persennya generasi tua tidak
setuju karena tanah adat merupakan identitas nenek moyang mereka dari dulu.
"Sehingga ini menjadi konflik. Tujuan kami mengangkat masalah ini agar ada
perubahan yang mendasar bagi masyarakat pedalaman Kalimantan yang kaya sumber daya
alamnya, tetapi kok miskin sehingga seperti tamu di daerah sendiri,"
tukasnya.
Mengambil lokasi di Dusun Sengkabang, Desa
Sukabangun, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat,
Lanang dan Iswadi memvisualkan apa yang ada.
Memakan waktu sekitar 6 bulan kedua mahasiswa ini
memulai proses keikutsertaan mereka dalam ajang bergengsi ini dimulai dari
mengikuti kegiatan roadshow eagle award yang digelar beberapa waktu lalu di
STAIN Pontianak.
Lanang, mahasiswa asal Ngabang kelahiran 16
November 1987 ini yang memang memiliki hobi mendaki gunung dan aktif dalam
Mahasiswa Hukum Pecinta Alam (Makumpala) Universitas Tanjungpura, dan Iswadi,
mahasiswa semester 9 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Pontianak yang
memiliki hobi fotografi ini bertemu untuk menyatukan ide bersama untuk
menyutradai film ini.
"Karena saya sering turun naik gunung di
Kalbar sehingga sering melihat adanya kesamaan ujung tombak masyarakat penjaga
hutan atau masyarakat adat yang tidak ada kesejahteraan. Kalau memang orang
sudah sejahtera, tidak mungkin orang menjual hutan adatnya. Karena saya
menemukan keadaan masyarakat yang sama dimana pun di pedalaman. Kalau tidak
konflik, kemiskinan, menjual hutannya, sekolah yang terhambat, semua itu saya
saksikan langsung di lapangan," jelas Lanang. artikel selanjutnya Semoga Masyarakat Tahu Kalimantan Kaya tetapi Miskin
Source : Tribun Pantianak
Source : Tribun Pantianak
Semoga artikel Film Dokumenter Pemuda Kalbar Terbaik di Eagle Awards 2013 bermanfaat bagi Anda.
Posting Komentar